Memang sudah menjadi
fitrah dari setiap manusia yang sudah berkeluarga senantiasa mendambakan
seorang anak. Anak yang lahir akan disambut dengan sukacita; sang istri bahagia
merasa dinobatkan menjadi ‘ibu’, suatu predikat yang sangat mulia; sang
suami merasa seakan sempurna akan dipanggil ‘ayah’.
Kebahagiaan ini akan
senantiasa bertambah jika tumbuh kembang sang ‘anak’ sehat dan si anak
menunjukkan prestasi yang sesuai dengan harapan ayah dan ibunya. Anak
adalah aset bagi orang tua dan di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan
menemukan jalan-jalannya. Saat si kecil
tumbuh dan berkembang, ia begitu lincah dan memikat. Anda begitu mencintai dan
bangga kepadanya. Namun mungkin banyak dari kita para orangtua yang belum
menyadari bahwa sesungguhnya dalam diri si kecil terjadi perkembangan potensi
yang kelak akan berharga sebagai sumber daya manusia. Banyak orang tua “salah
asuh” kepada anak sehingga perkembangan fisik yang cepat diera globalisasi ini
tidak diiringi dengan perkembangan mental dan spiritual yang benar kepada anak
sehingga banyak prilaku kenakalan-kenalakan oleh para Remaja.
Dalam lima tahun pertama seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar
untuk berkembang. Pada usia ini 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk.
Karena itu, di masa-masa inilah anak-anak seyogyanya mulai diarahkan. Karena
saat-saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali, sebagai orang tua yang
proaktif kita harus memperhatikan benar hal-hal yang berkenaan dengan
perkembangan sang buah hati, amanah Allah. Rasulullah juga memeberitahu betapa
pentingnya / Urgensi mendidik anak sejak dini , dalam hadits
Rasulullah SAW :
وعن أبي هريرة
رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "كل مولود يولد على
الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصّرانه أو يمجّسانه" (متفق عليه) [1]
“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka
hanya kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya seorang yahudi atau seorang
nasrani atau seorang majusi”. (Muttafaq ‘alaih)
Dari hadits di atas jelaslah bahwa setiap
bani adam yang terlahirkan di dunia ini dalam keadaan fitrah (dalam keadaan
islam), karena sesungguhnya setiap bani adam sebelum ia terlahirkan ke dunia
(masih dalam kandungan), ia sudah berikrar dengan kalimat syahadat yaitu
bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Subhanallahu wa
Ta’ala dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah Subhanallahu wa Ta’ala.
Sedangkan yang menjadikan anak itu menjadi seorang yahudi, nasrani, dan majusi
melainkan itu semua karena peranan dari kedua orang tuanya.
Anak pada usia 0 sampai 6 tahun bagian
otak yang berfungsi hanyalah otak bagian kiri yang berperan menangkap apa-apa
yang ada di sekitarnya (masa-masa membeo), sedangkan otak yang berperan sebagai
penyaring (otak bagian kanan) belum berfungsi, ketika anak berusia 7-8 tahun
otak bagian kanan baru mulai berfungsi, dan baru mampu membedakan mana yang
boleh dan tidak, mana yang baik dan buruk. Maka sebagai orang tua yang ingin
anaknya menjadi anak saleh maka tidak akan menyia-nyiakan masa ini (umur 5-9
tahun) untuk mengajari anak disiplin, tata pergaulan, rajin sholat dan mengaji,
mengajari adab dan sopan santun, mengajari ilmu-ilmu terapan dsb. Karena bagi
anak hal itu akan lebih mudah diserap daripada mengajari anak jika telah
menginjak usia remaja hal itu tentu akan lebih sulit tak bahkan jarang orang
tua akan menemukan pembangkangan dari anak, karena seperti pepatah “belajar
diwaktu kecil seperti mengukir diatas batu dan masuknya ilmu semudah masuknya
sesuatu kedalam air”, “belajar diwaktu dewasa seperti mengukir diatas air dan
masuknya ilmu sesulit mengukir diatas batu.
Inilah Pendidikan Islam sejak dini yang
sering diremehkan oleh kebanyakan orang tua jaman sekarang yang terlalu sibuk
dengan pekerjaannya masing-masing sehingga lupa tanggung jawab yang besar yaitu
pendidikan mengenal Tuhannya atau pendidikan Islam yang merupakan faktor utama
kemajuan sebuah bangsa. Sebuah bangsa akan maju jika umat manusia patuh kepada
perintah Allah SWT, karena kemajuan sebuah bangsa tidak akan tercapai
tanpa ridha dari Allah SWT. Seperti zaman keemasan pada saat Rasulullah SAW
masih hidup kemudian diteruskan oleh para sahabatnya/khulafaurrasyidin.
Dan untuk lebih menambah pengetahuan kita,
saya akan mengutip pernyataan ilmuwan pendidikan Dorothy Law Nolte yang pernah
menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya. Lengkapnya adalah
sebagai berikut:[2]
v Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
v Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
v Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
v Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri
v Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
v Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
v Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
v Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
v Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
v Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar
menemukan cinta dalam kehidupan.
Ibaraik pepatah Minangkabau: Aia cucuran atok jatuahno ka
palimbahan juo. Artinya: sifat dan tingkah laku seorang anak itu
dipengaruhi oleh pendidikan yang diberikan dari kedua orangtuanya.
Mohon maaf atas segala kekurangan..
Semoga Allah selalu menuntun kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Amiin..
^_^
Makasih sudah berbagi ilmu ..............................
BalasHapusbisnistiket.co.id